Lebaran tahun ini aku pulang ke Bengkulu. Seminggu menjelang lebaran,
aku pulang menuju kota Bengkulu melalui jalur darat, tentunya secara
estafet. Dari Palembang menuju Lubuk Linggau, naek kereta api dengan
harga tiket yang belum kena tuslah masih Rp 15.000,- Kereta api
berangkat sekitar pukul 09.30 pagi. Ternyata dugaanku keliru, kupikir
suasana kereta api menjelang puncak mudik akan berdesak-desakan tapi ini
normal seperti hari-hari biasanya. Selama dikereta api sempat
kuabadikan dalam kamera video. Sekitar 7-8,5 jam perjalanan, akhirnya
sampai di Lubuk Linggau. Rencana aku ingin melanjutkan perjalanan
menggunakan bus ekonomi IMI, jurusan Jambi - Bengkulu. Ternyata jadwal
jam 7 malam, bus itu telah lewat. Ada yang pukul 11 malam, dengan sabar
aku akan menunggu. Tapi ada seorang supir travel menawakan untuk bareng
bersama dia. Dengan alasan aku ingin santai, tidak ingin terlalu
buru-buru dan ia menyanggupi. Akhirnya kuterima tawaran itu. Tapi apa
lacur, dalam perjalanan supir itu melaju kencang kecepatan mobilnya
tanpa memperdulikan permintaanku diawal. Alhasil tanpa tidur perjalanan
itu ditempuh dalam waktu 3 jam dari Lubuk Linggau - Bengkulu.
Dikerok ibu |
10 hari aku berada di Kota Bengkulu, tanah kelahiranku. Beberapa hari puasa dan 3 hari lebaran di Kota Bengkulu.
Rabu Pagi, kami sekeluarga berangkat menggunakan mobil pribadi menuju
Kota Palembang. Sepanjang perjalanan kuhabiskan waktu dengan bercanda
bersama keluarga, serta merekam beberapa kejadian. Agak lama dari
jadwal, 11-12 jam kami sampai di Kota Palembang sekitar jam 10. Selama
dalam perjalanan aku mengalami sakit radang tenggorakan, dan ternyata
masuk angin juga kualami. Mumpung ibuku masih di Palembang, aku meminta
beliau untuk mengerokku. Sungguh rasanya begitu berbeda jika dikerok
oleh orang yang kita sayangi, terutama ibu.
Video perjalananku selama di kereta api "Kanan Jendela"